Selasa, 27 September 2011

Operatian Twist vs Keperkasaan BI


Nilai mata uang rupiah yang selama hampir satu tahun ini menunjukkan tren menguat terhadap mata uang dollar minggu kemren telah terpatahkan. nilai tukar rupiah pada perdagangan kamis lalu anjlok hingga menembus level 9.300 (22/9). Pasar mulai panik bahkan IHSG jatuh terjerembab hingga 369 poin atau 8,8 %. Ketakutan investor akan penyelesaian krisis yunani yang belum menunjukkan titik terang oleh para pejabat ECB, dan lembaga lainnya membuat investor mengambil langkah aman untuk keluar sementara dari bursa dan memegang dalam cash dollar yang diyakini relatif lebih aman. default nya yunani yang mengancam terjadinya krisis di eropa diyakini dapat menjalar ke seluruh belahan dunia sehingga membuat mata uang tunggal euro dan sebagian besar mata uang lainnya mulai menunjukkan pelemahan atas dolar AS. Isu Defaulnya yunani bahkan telah menenggelamkan isu default atas pinjaman negara AS yang sebelumnya sempat heboh diberitakan media massa.
Keperkasaan dollar as atas rupiah pada kamis lalu ternyata juga bukan semata karena isu defaul yunani semata. Sebelumnya pada rabu malam waktu new york atau kamis dinihari WIB, the federal reserve telah mengeluarkan kebijakan moneter yang diberi nama operation twist. Kebijakan The fed tersebut dengan menjual obligasi jangka pendek dan membeli kembali obligasi pemerintah AS tenor yang lebih panjang senilai US 400 milliar dollar. Kebijakan ini memancing orang untuk membeli obligasi AS tersebut karena akan mendapatkan imbal hasil (yield) yang semakin menarik. Kebijakan tersebut otomatis memperkuat dollar karena pembelian tersebut dilakukan dalam denominasi dollar. Akibatnya seperti yang telah kita lihat, rupiah semakin terdepresiasi atas mata uang dollar.
Bank Indonesia selaku Otoritas moneter di indonesia melaukan langkah intervensi untuk dapat kembali menstanbilkan rupiah dengan patokan dibawah Rp9000/ dollar. Untuk itu BI menggelontorkan dana ke pasar-pasar valas dan membeli kembali (buyback) Surat Utang Negara. Dengan langkah yang diambil otoritas moneter tersebut rupiah dapat dikembalikan pada level 8.760/ dollar (23/9). Meskipun laju penurunan rupiah mampu dikendalikan, namun hal tersebut tentu akan menguras kocek cadangan devisa sangat besar. Bahkan diisukan hingga senin (27/9) BI telah kehilangan cadangan devisa sebesar 7 miliar dolar untuk mengintervensi rupiah di pasar. Kehilangan tersebut memang belum ada apa-apanya dibanding cadangan devisa yang sempat mengukir rekor hingga 124,6 milliar dollar diposisi terakhirnya yang dirilis oleh BI 07/9 kemaren. Namun demikian kita tentu tidak berharap rupiah terus menerus harus di intervesi, karena dengan demikian cepat atau lambat cadangan devisa pasti akan terkikis secara signifikan. Kita hanya berharap fundamental ekonomi RI cukup kuat menghadapi berbagai isu krisis global yang santer mengancam sekaligus mampu meyakinkan investor luar dan lokal untuk tidak panik dalam menghadapi krisis global yang mengancam kali ini. Semoga. 27/09/11.
Afifuddin
Penulis adalah lulusan Institut Pertanian Bogor. Saat ini menjadi pemerhati keuangan dan praktisi di pasar saham Indonesia.

1 komentar:

hakim mengatakan...

kalo gitu jangan main-main sama dollar terlalu beresiko, mungkin lebih baik beralih ke emas murni atau yang lain spt tanah dsb.