Sabtu, 10 Agustus 2013

Syawal, momen peningkatan moral bangsa



Ramadhan telah berakhir, syawal pun disambut meriah penuh kemenangan oleh umat islam, kendatipun kesedihan ditinggal bulan nan penuh berkah tersebut juga turut dirasakan. Ramadhan adalah bulan suci bagi umat islam. Bulan untuk menguji tingkat ketaqwaan seorang muslim, bulan ujian untuk naik ke tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi. Ramadhan dijadikan momentum untuk mengisi ulang batere ketakqwaan yang mungkin telah low setelah digunakan setahun penuh. Umat lain mungkin banyak yang berdecak kagum melihat kepatuhan seorang mukmin dalam menjalankan ibadah puasa. Bagaimana tidak, di bulan penuh berkah tersebut umat muslim menggembleng dirin dengan melakukan amalan dan ibadah sepanjang siang malam. Jangankan melakukan hal-hal tercela, bahkan untuk makan dan minum pun kita dituntut untuk mampu menahan diri dari godaan lapar dan haus. Kemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu itulah makna terbesar dari ibadah puasa yang seharusnya didapat setiap muslim setelah mampu melewati ramadhan ini.
Nilai mulia itu tentu benar adanya, dan secara tidak langsung bisa menjadi dakwah bagi umat lainnya untuk mengenal indahnya islam. Namun nilai yang seharusnya dimiliki setiap muslim itu, saat ini seakan kembali dipertanyakan. Bagaimana tidak, bila kita melihat perilaku masyarakat yang 90% adalah muslim ini sepertinya jauh dari sifat seperti itu. Perilaku pejabat-pejabat negeri ini yang mayoritas adalah juga muslim, bahkan sepertinya memiliki sifat yang berkebalikan 180 derajat. Kita saksikan setiap hari layar televisi di rumah dipenuhi berita tentang korupsi dan perselingkuhan , perebutan harta dan kekuasaan. Setiap hari kita selalu disuguhkan oleh perilaku rakus dan tamak para pejabat dan politisi. Parah nya lagi ada pelakunya yang juga pemuka agama dan dari partai yang berlandaskan  Islam. Bagaimana tercenganngnya kita saat orang-orang seperti itu bisa tersangkut masalah korupsi. Padahal sebelumnya mereka orang-orang yang selalu mendakwahkan nilai-nilai ibadah puasa bila ramadhan tiba. Nilai-nilai keikhlasan, tawadhu, dan mampu menahan hawa nafsu yang didapat dari ibadah puasa seakan lenyap tanpa bekas. Perilaku segelintir pejabat dan politisi muslim ini tentunya sangat disanyangkan karena bisa menjadi kontra produktif dari dakwah puasa itu sendiri. Nilai nilai kebaikan yang ingin ditampilkan setelah mengarungi ibadah puasa  menjadi sirna bahkan hanya menjadi bahan ejekan dan guyonan dari umat lainnya. Semoga saja Ramadhan yang baru kita lalui ini mampu menjaga kita dari kuatnya godaan hawa nafsu yang terus saja menggoda. Semoga datangnya syawal kali  ini bisa semakin meningkatkan moral masyarakat, pemerintah dan negara ini pada khususnya. Aamiin..

Sabtu, 03 Agustus 2013

Komunitas “Cuap-Cuap”



Dalam era yang semakin terbuka sekarang ini, setiap orang bisa mengapresiasikan bakat dan kemampuan nya dengan bebas. Tak jarang bakat bakat yang dahulunya dianggap tak lazim tapi kini mendapat apresiasi dan diterima masyarakat dengan baik. Untuk bisa mengapresiasikan bakat-bakat tersebut, suatu komunitas membentuk  sebuah wadah perkumpulan atau dalam bahasa seni nya sering disebut sanggar. Kini semakin banyak ragam perkumpulan yang didirikan sebagai ajang untuk mengasah kamampuan dan bakat-bakat tersebut. Ada beberapa contoh perkumpulan atau komunitas yang mugkin dulunya dianggap aneh tetapi kini menjadi sebuah tren, seperti komunitas parkour, grafity, dan masih banyak lainnya. Satu yang menarik perhatian dan sedang tren di masyarakat kita saat ini adalah kumunitas komedi cuap-cuap atau dalam bahasa kerennya biasa disebut stand up comedy.
Dahulu , orang yang suka bercerita ngalor ngidul dan ngelantur biasa disebut pembual. Namun kini orang orang yang punya bakat “mengoceh” tersebut bisa di persatukan dalam sebuah komunitas stand up comedy. Kegiatan yang dahulu dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna tapi kini bisa dijadikan sebuah profesi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebut saja beberapa orang yang “naik pamor” berkat keahlian nya bercerita dengan gaya humor tersebut adalah seperti panji, moghul dan soleh solihun. Kini mereka sukses menekuni dunia akting di jagat hiburan nusantara.
Dari sekian banyak cerita kesuksesan dalam menjalankan hoby tersebut, pastinya sebuah perkumpulan atau komunitas memiliki peran yang sangat penting. Orang-orang yang memiliki minat yang sama tersebut mendirikan sebuah wadah untuk menyalurkan bakat-bakat nya. Komunitas tersebut biasa beraktifitas di sanggar atau paguyuban yang mereka dirikan. Gunanya tentu untuk saling mengasah kemampuan mereka. Selain itu apresiasi yang pertama kali hadir untuk kegiatan yang mereka lakoni tersebut pastinya berasal dari komunitas nya sendiri.
Untuk itu, sebaiknya pemerintah dapat lebih memperhatikan, mengakomodir dan mewadahi minat dan bakat yang berkembang dalam masyarakat ini, agar bakat- bakat kreatif ini dapat disalurkan ke arah yang positif. Dukungan dalam bentuk sarana prasarana maupun apresiasi tentunya akan sangat dinantikan oleh pelaku di komunitas-komunitas kreatif ini. Sehingga diharapkan komunitas-komunitas ini bisa dijadikan sebagai lahan industri kreatif baru yang  mampu memberi nilai tambah di banyak sektor seperti seni, pariwisata dan industri kreatif lainnya. Sehingga negeri kita akan semakin kaya dengan masyarakat yang kreatif dan akan semakin memberi pengaruh yang positif bagi masyarakat luas.

Tanjung Pura, 1 Agustus 2013
Afifuddin, SST
Penggiat Pemuda dan Peminat seni budaya