Minggu, 19 Januari 2014

Menambang Karya dengan Etos Bitcoin


Ada sebuah rahasia keberhasilan dari orang orang yang telah sukses di berbagai tempat. Salah satunya yang baru terpikirkan dan menjadi hipotesa saya, rahasia dari  orang-orang yang sukses itu adalah mereka secara konsisten pasti sering meluangkan waktu dan pikiran nya untuk sesuatu yang belum tentu “menghasilkan”. Namun mereka tekun mengerjakannya dengan penuh keyakinan dan dengan mengerahkan segenap kemampuannya. Bahkan mungkin rela menghabiskan dana tabungannya untuk sesuatu yang mungkin pada awalnya dicibir banyak orang.

Banyak hal di dunia ini sebelum menjadi sesuatu yang berarti mungkin hanya dinilai mustahil dan sia-sia. Jika kita renungi secara mendalam, seseorang yang menghasilkan sebuah karya bukan tanpa hambatan dan rintangan. Rintangan yang paling mendasar dalam seseorang untuk menelurkan sebuah karya adalah keyakinan yang tinggi akan keberhasilannya. Sebagai contoh, dapat kita bayangkan ketika kita coba membuat sebuah tulisan singkat saja, kita merasa itu adalah sesuatu yang sia-sia, tidak bermanfaat, dan tidak akan mengahasilkan uang. Lantas bagaimana seseorang bisa menulis sebuah cerita hayalan hingga ribuan halaman bisa yakin bahwa tulisannya itu akan menjadi novel yang akan dibaca dan diminati banyak orang. Atau bagaimana ia bisa yakin tulisannya itu akan membuahkan keuntungan dari segi finansial. Coba bayangkan seberapa besar energi dan dan waktu yang telah dihabiskannya untuk menyelesaikan sesuatu yang belum tentu berhasil itu? Padahal tidak ada jaminan sama sekali!

Barusan saja saya membaca tentang ulasan mata uang digital yang sedang heboh saat ini, Bitcoin.  Satosshi Nakamoto sang pembuat bitcoin telah membuat sesuatu yang sangat baru dengan ide yang sangat fresh.
Namun saya tidak akan membahas bagaimana kisah dan proses Satoshi membuatnya apalagi lengkap dengan segala teka-tekinya. Namun saya akan lebih mengulas tentang bagaimana sebuah etos kerja dan keyakinan seseorang dalam menghasilkan sebuah karya. Sekali lagi dapat kita bayangkan seberapa besar energi, waktu, pikiran yang telah dicurahkan nya untuk bisa membuat sesuatu yang rasanya amat sangat mustahil bisa diwujudkan pada kala itu. Bitcoin sendiri mulai diluncurkan pada tahun 2009 dan baru heboh pada tahun 2014. Setidaknya butuh waktu 5 tahun untuk memperkenalkannya hingga bisa mengguncang sistem moneter dunia. Padahal mungkin saja dalam proses pembuatannya sebelum diluncurkan satoshi telah menghabiskan waktu yang lebih lama dari itu. Terbayangkan kah?

Saya tidak akan mengambil lebih banyak waktu anda lagi untuk membaca tulisan saya ini. Saya hanya berharap tulisan ini bisa menjadi sesuatu yang dapat membangkitkan semangat dan keyakinan untuk berkarya, apapun bentuknya.  Tidak peduli apakah itu akan menjadi sebuah karya yang fenomenal atau hanya akan menjadi sampah. Yang penting mulailah dan kerahkan segenap kemampuan, kemudian yakinilah akan keberhasilannya.

 Selamat mencoba


20 Jan, saat sarapan pagi

Sabtu, 10 Agustus 2013

Syawal, momen peningkatan moral bangsa



Ramadhan telah berakhir, syawal pun disambut meriah penuh kemenangan oleh umat islam, kendatipun kesedihan ditinggal bulan nan penuh berkah tersebut juga turut dirasakan. Ramadhan adalah bulan suci bagi umat islam. Bulan untuk menguji tingkat ketaqwaan seorang muslim, bulan ujian untuk naik ke tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi. Ramadhan dijadikan momentum untuk mengisi ulang batere ketakqwaan yang mungkin telah low setelah digunakan setahun penuh. Umat lain mungkin banyak yang berdecak kagum melihat kepatuhan seorang mukmin dalam menjalankan ibadah puasa. Bagaimana tidak, di bulan penuh berkah tersebut umat muslim menggembleng dirin dengan melakukan amalan dan ibadah sepanjang siang malam. Jangankan melakukan hal-hal tercela, bahkan untuk makan dan minum pun kita dituntut untuk mampu menahan diri dari godaan lapar dan haus. Kemampuan untuk menahan diri dari hawa nafsu itulah makna terbesar dari ibadah puasa yang seharusnya didapat setiap muslim setelah mampu melewati ramadhan ini.
Nilai mulia itu tentu benar adanya, dan secara tidak langsung bisa menjadi dakwah bagi umat lainnya untuk mengenal indahnya islam. Namun nilai yang seharusnya dimiliki setiap muslim itu, saat ini seakan kembali dipertanyakan. Bagaimana tidak, bila kita melihat perilaku masyarakat yang 90% adalah muslim ini sepertinya jauh dari sifat seperti itu. Perilaku pejabat-pejabat negeri ini yang mayoritas adalah juga muslim, bahkan sepertinya memiliki sifat yang berkebalikan 180 derajat. Kita saksikan setiap hari layar televisi di rumah dipenuhi berita tentang korupsi dan perselingkuhan , perebutan harta dan kekuasaan. Setiap hari kita selalu disuguhkan oleh perilaku rakus dan tamak para pejabat dan politisi. Parah nya lagi ada pelakunya yang juga pemuka agama dan dari partai yang berlandaskan  Islam. Bagaimana tercenganngnya kita saat orang-orang seperti itu bisa tersangkut masalah korupsi. Padahal sebelumnya mereka orang-orang yang selalu mendakwahkan nilai-nilai ibadah puasa bila ramadhan tiba. Nilai-nilai keikhlasan, tawadhu, dan mampu menahan hawa nafsu yang didapat dari ibadah puasa seakan lenyap tanpa bekas. Perilaku segelintir pejabat dan politisi muslim ini tentunya sangat disanyangkan karena bisa menjadi kontra produktif dari dakwah puasa itu sendiri. Nilai nilai kebaikan yang ingin ditampilkan setelah mengarungi ibadah puasa  menjadi sirna bahkan hanya menjadi bahan ejekan dan guyonan dari umat lainnya. Semoga saja Ramadhan yang baru kita lalui ini mampu menjaga kita dari kuatnya godaan hawa nafsu yang terus saja menggoda. Semoga datangnya syawal kali  ini bisa semakin meningkatkan moral masyarakat, pemerintah dan negara ini pada khususnya. Aamiin..

Sabtu, 03 Agustus 2013

Komunitas “Cuap-Cuap”



Dalam era yang semakin terbuka sekarang ini, setiap orang bisa mengapresiasikan bakat dan kemampuan nya dengan bebas. Tak jarang bakat bakat yang dahulunya dianggap tak lazim tapi kini mendapat apresiasi dan diterima masyarakat dengan baik. Untuk bisa mengapresiasikan bakat-bakat tersebut, suatu komunitas membentuk  sebuah wadah perkumpulan atau dalam bahasa seni nya sering disebut sanggar. Kini semakin banyak ragam perkumpulan yang didirikan sebagai ajang untuk mengasah kamampuan dan bakat-bakat tersebut. Ada beberapa contoh perkumpulan atau komunitas yang mugkin dulunya dianggap aneh tetapi kini menjadi sebuah tren, seperti komunitas parkour, grafity, dan masih banyak lainnya. Satu yang menarik perhatian dan sedang tren di masyarakat kita saat ini adalah kumunitas komedi cuap-cuap atau dalam bahasa kerennya biasa disebut stand up comedy.
Dahulu , orang yang suka bercerita ngalor ngidul dan ngelantur biasa disebut pembual. Namun kini orang orang yang punya bakat “mengoceh” tersebut bisa di persatukan dalam sebuah komunitas stand up comedy. Kegiatan yang dahulu dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna tapi kini bisa dijadikan sebuah profesi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sebut saja beberapa orang yang “naik pamor” berkat keahlian nya bercerita dengan gaya humor tersebut adalah seperti panji, moghul dan soleh solihun. Kini mereka sukses menekuni dunia akting di jagat hiburan nusantara.
Dari sekian banyak cerita kesuksesan dalam menjalankan hoby tersebut, pastinya sebuah perkumpulan atau komunitas memiliki peran yang sangat penting. Orang-orang yang memiliki minat yang sama tersebut mendirikan sebuah wadah untuk menyalurkan bakat-bakat nya. Komunitas tersebut biasa beraktifitas di sanggar atau paguyuban yang mereka dirikan. Gunanya tentu untuk saling mengasah kemampuan mereka. Selain itu apresiasi yang pertama kali hadir untuk kegiatan yang mereka lakoni tersebut pastinya berasal dari komunitas nya sendiri.
Untuk itu, sebaiknya pemerintah dapat lebih memperhatikan, mengakomodir dan mewadahi minat dan bakat yang berkembang dalam masyarakat ini, agar bakat- bakat kreatif ini dapat disalurkan ke arah yang positif. Dukungan dalam bentuk sarana prasarana maupun apresiasi tentunya akan sangat dinantikan oleh pelaku di komunitas-komunitas kreatif ini. Sehingga diharapkan komunitas-komunitas ini bisa dijadikan sebagai lahan industri kreatif baru yang  mampu memberi nilai tambah di banyak sektor seperti seni, pariwisata dan industri kreatif lainnya. Sehingga negeri kita akan semakin kaya dengan masyarakat yang kreatif dan akan semakin memberi pengaruh yang positif bagi masyarakat luas.

Tanjung Pura, 1 Agustus 2013
Afifuddin, SST
Penggiat Pemuda dan Peminat seni budaya

Selasa, 04 Oktober 2011

Menggunakan PIN atau ID ?


            
          Personal Identification Number (PIN) tentu sudah sangat familiar dipahami  dan dipergunakan oleh masyarakat, terutama di kota-kota besar. Dalam bahasa Indonesia PIN dapat diartikan dengan Nomor Identitas Pribadi. PIN adalah sebuah kombinasi huruf dan angka yang digunakan sebagai sandi rahasia antara pengguna dan sistem yang  digunakan untuk otentifikasi pengguna ke suatu sistem. 

           Sebuah sistem akan melihat PIN didasarkan pada user ID dan membandingkan PIN pada sistem dengan PIN yang diterima. PIN biasanya digunakan pada ATM, kartu debit, kartu kredit dan sebagainya. Untuk itu setiap orang yang menggunakan produk-produk tersebut diharuskan menyimpan kode PIN yang dimilikinya dengan sangat rahasia. Ini tentunya juga sesuai dengan kata personal pada PIN yang dalam bahasa Inggris berarti dari atau mengenai kehidupan pribadi seseorang, dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bersifat pribadi atau perseorangan. Kebocoran nomor PIN ke pihak  yang tidak bertanggung jawab akan dapat mengakibatkan kerugian, seperti penarikan dana nasabah melalui ATM secara ilegal oleh orang yang tidak berhak. Tentu kita masih ingat dengan kasus pembobolan nasabah bank melalui ATM pada tahun 2010 lalu.

            Namun saat ini terjadi fenomena dimana pengertian PIN seperti yang dimaksud diatas sudah bertolak belakang 180 derajat dari yang seharusnya. kombinasi angka dan nomor unik yang disebut PIN kini tidak lagi menjadi sebuah rahasia yang harus dikunci rapat. Bahkan nomor unik tersebut secara sadar oleh penggunanya  ditebarkan ke khalayak umum  melalui berbagai media, seperti melalui sms, jejaring sosial bahkan website.
            Dari uraian singkat diatas saya yakin anda sudah dapat menebak arah dan maksud pembicaraan saya. Ya, sebuah produk telepon genggam yang saat ini laris manis digunakan oleh konsumen di Indonesia juga menggunakan istilah PIN untuk nomor identitas di ponsel mereka. Meskipun tujuan awal penggunaan PIN tersebut dikatakan untuk mencegah penggunan ponsel oleh orang yang tidak berhak namun tetap saja untuk dapat menggunakan layanan produk ponsel tersebut secara "maksimal" pengguna harus bertukar no PIN ke sesama pengguna lain agar dapat terhubung layaknya sebuah no telpon atau sebuah alamat email.
            Sampai disini tentu tidak ada yang salah, toh produsen tersebut bebas memberi label apapun untuk setiap produknya apalagi jika itu dapat mendongkrak penjualan. Namun jika dilihat lebih jauh tentu saja ini dapat menjadi penyebab misskomunikasi atau bahkan benturan bahasa dalam masyarakat. istilah PIN yang selama ini menjadi sebuah sandi yang harus dirahasiakan kini istilah itu berbalik menjadi sesuatu yang biasa saja atau "harus" diberitahukan kepada orang lain bahkan diumumkan ke khalayak umum.
            Meski produsen dapat berdalih bahwa setiap orang bebas untuk membuat singkatan sendiri-sendiri seperti menjadi singkatan dari Phone Identification Number atau menjadi Pekan Imunisasi Nasional misalnya, namun istilah PIN harus mengacu pada tata bahasa yang resmi yang telah dibakukan. Dalam kamus resmi Oxford Engglish Dictionary (OED) yang dijadikan rujukan tata bahasa baku bahasa Inggris, PIN adalah singkatan Personal Indetification Number  sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika melihat produsen tersebut adalah perusahaan multinasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya, semestinyalah tata bahasa baku yang terdapat di dalam OED yang harus digunakan sang produsen. Selain itu yang lebih penting lagi adalah satu singkatan atau istilah yang sama tidak boleh memiliki maksud dan penggunaan yang bertolak belakang seperti pada kasus ini.
            Mungkin produsen juga dapat berdalih bahwa penggunaan istilah PIN dalam penggunaan produknya adalah istilah yang dibuat oleh konsumen sendiri, bukan istilah resmi yang mereka gunakan. Tetapi tetap saja, pihak produsen tidak dapat mengelak seenaknya. Bukankah semestinya produsen harus memberikan edukasi yang benar sebagai salah satu bentuk tanggung jawab mereka kepada konsumen yang telah mengunakan produknya! Atau mungkin produsen memang sengaja untuk membiarkan "ke-awam-an" konsumen untuk dapat menyerap keuntungan dari kondisi tersebut. Entahlah, tetapi bagaimana jika saya mengusulkan istilah  yang digunakan pada ponsel tersebut lebih baik menggunakan istilah ID number atau istilah lainnya yang tidak membingungkan masyarakat. Semoga bermanfaat.

Afifuddin
Penulis adalah pemerhati Bahasa

Rabu, 28 September 2011

Merasakan Sensasi si Pesaing Facebook, Google+




                Setelah  3 bulan dipublish secara terbatas, akhirnya rabu kemaren (21/9) google + resmi dibuka untuk umum. Situs jejaring sosial teranyar dari google ini langsung dijajal oleh penulis di hari yang sama. untuk tahap pertama, melalui media gadget android 2.2 (froyo) milik penulis, saya mencoba mencari aplikasi google+ di market android yang notabene adalah saudara kandungnya tersebut. Benar saja, aplikasi untuk hanphone berbasis android telah tersedia. Namun ketika mencoba untuk mengistall aplikasi tersebut, penulis mengalami kekecewaan. Ternyata tidak semua gadget berbasis android sudah bisa dipasangi aplikasi ini. Mungkin membutuhkan spesifikasi hardware yang lebih tinggi atau mungkin perlu upgrade ke OS android terbaru seperti 2.3 gingerbread atau bahkan ke rilis OS terbaru  3.0 Honeycomb. Untuk mengatasi itu penulis terpaksa menggunakan situs google+ versi web. Berhasil, website google+ mulai terpampang meski gejala abnormal mulai dirasakan. proses loading dirasakan lebih lama dan berat, tidak seperti biasanya. Demi kenyamanan berselancar dan merasakan sensasi yang lebih sempurna, saya terpaksa berpindah ke media laptop dengan meminjam jaringan Hotspot port yang memang disediakan sang handphone.
                Tahap selanjutnya, penulis mulai mencoba membuat akun google+. Proses pembuatan akun ternyata sangat cepat dan mudah. Saya yang memang telah menggunakan email dari gmail hanya tinggal menambahkan password baru untuk acaunt saya, setelah itu centang persetujuan dan taraa...google+ sudah dapat dijelajahi. Untuk pengguna email selain gmail harap bersabar, tampaknya google belum memberikan tempat buat para pesaing. Lain waktu kali yaa...
                Menjajal fitur-ritur yg disediakan, wajar google plus meminta koneksi sambungan yang lebih maknyuss dan hardware yang lebih mumpuni. Fitur andalan yang ditawarkan  google+ ternyata adalah hangsout, semacam aplikasi skype dan VOiP. Melalui fitur ini, para pengguna google+ dapat terhubung ke 9 teman secara bersamaan secara face to face, semacam confrence call gitu.. Namun penulis belum menjajal fitur ini karena belum memiliki teman dan pastinya akan membutuhkan koneksi yang lebih stabil.
                Melihat tampilan google+ yang sederhana, saya mencoba-coba menu find friend. Tampilan yang ditawarkan berbentuk lingkaran-lingkaran biru. Ternyata google+ membuat pemilahan-pemilahan teman berdasarkan kriteria yang dapat kita buat sendiri. Bisa lingkaran teman, keluarga, bahkan lingkaran folower bak ubahnya twiter. Cukup dengan menyeret  foto teman yang sedang kita cari, teman dalam lingkaran tersebut akan bertambah secara otomatis. untuk itu saya mencoba mencari-cari teman yang biasanya selalu mangkal di facebook, siapa tahu sudah ada yang mendahului. Hasilnya, sama seperti waktu penulis membuat akun facebook pertama kali sekitar akhir tahun 2008, "dunia terasa masih sangat sepi". Saat itu hari berganti hari, minggu ke minggu dan bulan berganti bulan belum juga menemukan orang yang dikenal. Tidak seperti sekarang ini, hampir setiap orang memiliki akun facebook. Malah ketika akun saya yang telah" terlelap panjang" kembali diaktifkan, oleh seorang teman dikatakan akun fb kemarin sore:). Setelah menyerah dalam upaya find a friend, akhirnya saya memutuskan untuk membuat akun google+ buat istri tercinta Memasukkannya dalam lingkaran keluarga dan mencoba  mengirim status ke wall. Hasilnya tampilan yang lebih sederhana dari tampilan di facebook. Ahh.. rasanya "dunia" ini hanya milik "berdua..":).
                Di sebelah kanan tampilan utama google+ terdapat menu invite. Digunakan untuk mengirimkan undangan kepada teman. Sayangnya pilihan untuk mengirimkan undangan sangat terbatas. Hanya tersedia melalui email atau mengirimkan tautan yang telah disediakan. Sedangkan invite langsung ke sesama jejaring sosial lainnya seperti facebook dan twiter tidak tersedia (karena saingan kali yaa...). Penulis berusaha meng invite beberapa teman di facebook dengan mengcopy paste alamat email nya, butuh kerja keras memang. Alhasil hanya sekitar 10 an orang teman yang sanggup saya invite dengan cara demikian.
                Seminggu berlalu, seperti yang saya duga sebelumnya, undangan ke beberapa teman untuk mengunjungi google+ belum ada yang terbalas. belum ada satu tanggapan pun yang masuk ke Email ataupun facebook saya. Atau mungkin email saat ini sudah merupakan sarana komunikasi jadul, sehingga tidak seorangpun yang pernah mengecek inbox via email nya. Sepertinya usaha yang sia-sia. Mungkin seperti hal nya facebook yang butuh 2-3 tahun untuk google+ agar bisa memasyarakat.

Kesimpulan:
1. Google+ adalah the social network dimasa depan, karena lebih mengutamakan fitur hangsout.
2. Untuk memaksimalkan penggunaan Google+ spertinya akan membutuhkan hardware dan kualitas jaringan yang lebih tinggi.
3. Google+ memudahkan penggunaan kelompok google lainnya seperti picassa, blogger, gmail, maps dsb.

27/09/11  Disela-sela waktu menunggu fajar..

Afifuddin
Penulis adalah pemerhati dan penggemar IT.

               
               

Selasa, 27 September 2011

Operatian Twist vs Keperkasaan BI


Nilai mata uang rupiah yang selama hampir satu tahun ini menunjukkan tren menguat terhadap mata uang dollar minggu kemren telah terpatahkan. nilai tukar rupiah pada perdagangan kamis lalu anjlok hingga menembus level 9.300 (22/9). Pasar mulai panik bahkan IHSG jatuh terjerembab hingga 369 poin atau 8,8 %. Ketakutan investor akan penyelesaian krisis yunani yang belum menunjukkan titik terang oleh para pejabat ECB, dan lembaga lainnya membuat investor mengambil langkah aman untuk keluar sementara dari bursa dan memegang dalam cash dollar yang diyakini relatif lebih aman. default nya yunani yang mengancam terjadinya krisis di eropa diyakini dapat menjalar ke seluruh belahan dunia sehingga membuat mata uang tunggal euro dan sebagian besar mata uang lainnya mulai menunjukkan pelemahan atas dolar AS. Isu Defaulnya yunani bahkan telah menenggelamkan isu default atas pinjaman negara AS yang sebelumnya sempat heboh diberitakan media massa.
Keperkasaan dollar as atas rupiah pada kamis lalu ternyata juga bukan semata karena isu defaul yunani semata. Sebelumnya pada rabu malam waktu new york atau kamis dinihari WIB, the federal reserve telah mengeluarkan kebijakan moneter yang diberi nama operation twist. Kebijakan The fed tersebut dengan menjual obligasi jangka pendek dan membeli kembali obligasi pemerintah AS tenor yang lebih panjang senilai US 400 milliar dollar. Kebijakan ini memancing orang untuk membeli obligasi AS tersebut karena akan mendapatkan imbal hasil (yield) yang semakin menarik. Kebijakan tersebut otomatis memperkuat dollar karena pembelian tersebut dilakukan dalam denominasi dollar. Akibatnya seperti yang telah kita lihat, rupiah semakin terdepresiasi atas mata uang dollar.
Bank Indonesia selaku Otoritas moneter di indonesia melaukan langkah intervensi untuk dapat kembali menstanbilkan rupiah dengan patokan dibawah Rp9000/ dollar. Untuk itu BI menggelontorkan dana ke pasar-pasar valas dan membeli kembali (buyback) Surat Utang Negara. Dengan langkah yang diambil otoritas moneter tersebut rupiah dapat dikembalikan pada level 8.760/ dollar (23/9). Meskipun laju penurunan rupiah mampu dikendalikan, namun hal tersebut tentu akan menguras kocek cadangan devisa sangat besar. Bahkan diisukan hingga senin (27/9) BI telah kehilangan cadangan devisa sebesar 7 miliar dolar untuk mengintervensi rupiah di pasar. Kehilangan tersebut memang belum ada apa-apanya dibanding cadangan devisa yang sempat mengukir rekor hingga 124,6 milliar dollar diposisi terakhirnya yang dirilis oleh BI 07/9 kemaren. Namun demikian kita tentu tidak berharap rupiah terus menerus harus di intervesi, karena dengan demikian cepat atau lambat cadangan devisa pasti akan terkikis secara signifikan. Kita hanya berharap fundamental ekonomi RI cukup kuat menghadapi berbagai isu krisis global yang santer mengancam sekaligus mampu meyakinkan investor luar dan lokal untuk tidak panik dalam menghadapi krisis global yang mengancam kali ini. Semoga. 27/09/11.
Afifuddin
Penulis adalah lulusan Institut Pertanian Bogor. Saat ini menjadi pemerhati keuangan dan praktisi di pasar saham Indonesia.