Ramadhan telah
berakhir, syawal pun disambut meriah penuh kemenangan oleh umat islam, kendatipun
kesedihan ditinggal bulan nan penuh berkah tersebut juga turut dirasakan. Ramadhan
adalah bulan suci bagi umat islam. Bulan untuk menguji tingkat ketaqwaan seorang
muslim, bulan ujian untuk naik ke tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi. Ramadhan
dijadikan momentum untuk mengisi ulang batere ketakqwaan yang mungkin telah low setelah digunakan setahun penuh.
Umat lain mungkin banyak yang berdecak kagum melihat kepatuhan seorang mukmin
dalam menjalankan ibadah puasa. Bagaimana tidak, di bulan penuh berkah tersebut
umat muslim menggembleng dirin dengan melakukan amalan dan ibadah sepanjang siang
malam. Jangankan melakukan hal-hal tercela, bahkan untuk makan dan minum pun kita
dituntut untuk mampu menahan diri dari godaan lapar dan haus. Kemampuan untuk menahan
diri dari hawa nafsu itulah makna terbesar dari ibadah puasa yang seharusnya
didapat setiap muslim setelah mampu melewati ramadhan ini.
Nilai mulia itu
tentu benar adanya, dan secara tidak langsung bisa menjadi dakwah bagi umat lainnya
untuk mengenal indahnya islam. Namun nilai yang seharusnya dimiliki setiap
muslim itu, saat ini seakan kembali dipertanyakan. Bagaimana tidak, bila kita
melihat perilaku masyarakat yang 90% adalah muslim ini sepertinya jauh dari
sifat seperti itu. Perilaku pejabat-pejabat negeri ini yang mayoritas adalah
juga muslim, bahkan sepertinya memiliki sifat yang berkebalikan 180 derajat.
Kita saksikan setiap hari layar televisi di rumah dipenuhi berita tentang
korupsi dan perselingkuhan , perebutan harta dan kekuasaan. Setiap hari kita
selalu disuguhkan oleh perilaku rakus dan tamak para pejabat dan politisi. Parah
nya lagi ada pelakunya yang juga pemuka agama dan dari partai yang
berlandaskan Islam. Bagaimana
tercenganngnya kita saat orang-orang seperti itu bisa tersangkut masalah
korupsi. Padahal sebelumnya mereka orang-orang yang selalu mendakwahkan nilai-nilai
ibadah puasa bila ramadhan tiba. Nilai-nilai keikhlasan, tawadhu, dan mampu
menahan hawa nafsu yang didapat dari ibadah puasa seakan lenyap tanpa bekas. Perilaku
segelintir pejabat dan politisi muslim ini tentunya sangat disanyangkan karena bisa
menjadi kontra produktif dari dakwah puasa itu sendiri. Nilai nilai kebaikan yang
ingin ditampilkan setelah mengarungi ibadah puasa menjadi sirna bahkan hanya menjadi bahan
ejekan dan guyonan dari umat lainnya. Semoga saja Ramadhan yang baru kita lalui
ini mampu menjaga kita dari kuatnya godaan hawa nafsu yang terus saja menggoda.
Semoga datangnya syawal kali ini bisa
semakin meningkatkan moral masyarakat, pemerintah dan negara ini pada
khususnya. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar